PENGARUH KEBUDAYAAN TERHADAP
PEMBELIAN DAN KONSUMSI
Kebudayaan
Kebudayaan adalah faktor penentu keinginan dan perilaku
seseorang, terutama dalam perilaku pengambilan keputusan dan perilaku
pembelian. Dalam perkembangan sejarah budaya konsumsi maka
masyarakat konsumsi lahir pertama kali di Inggris pada abad 18 saat terjadinya
teknologi produksi secara massal.
Teknologi yang disebabkan oleh berkembangnya revolusi industri memungkinkan
perusahaan-perusahaan memproduksi barang terstandarisasi dalam jumlah besar
dengan harga yang relative murah.
Pada saat yang bersamaan muncul revolusi kebudayaan di mana
masyarakat secara bertahap berubah dari masyarakat agraris menjadi masyarakat
yang kekotaan, karena dengan berpindahnya ke perkotaan maka budaya mereka
berubah sehingga berkembanglah tata nilai baru dan pola kehidupan yang baru
akibat pekerjaan yang berbeda. Gambaran
lahirnya masyarakat konsumsi tersebut diatas, menunjukkan pentingnya budaya
dalam memahami perilaku konsumen.
Aspek-aspek budaya yang penting dapat diidentifikasi sehingga dapat
digunakan sebagai dasar untuk memahami bagaimana hal tersebut dapat
mempengaruhi konsumen dan tentunya dapat digunakan dalam mengembangkan strategi
pemasaran yang lebih efektif.
Menurut Edward Burnett Tylor, kebudayaan merupakan
keseluruhan yang kompleks, yang didalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan,
kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang
didapat seseorang sebagai anggota masyarakat.
Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh
manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang
bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup,
organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang ke semuanya ditujukan
untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.
Menemukan Nilai-Nilai Budaya yang
Dianut Masyarakat
Nilai sosial adalah nilai yang dianut oleh suatu masyarakat
mengenai apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk oleh
masyarakat. Untuk menentukkan sesuatu
itu dikatakan baik atau buruk, pantas atau tidak pantas harus melalui proses
menimbang. Hal ini tentu sangat
dipengaruhi oleh kebudayaan yang dianut masyarakat. Tak heran apabila antara masyarakat yang satu
dan masyarakat yang lain terdapat perbedaan tata nilai.
Ciri-ciri
pembentukan nilai-nilai sosial yang di anut :
a. Merupakan konstruksi masyarakat
sebagai hasil interaksi antar warga masyarakat.
b. Disebarkan di antara warga masyarakat
(bukan bawaan lahir).
c. Terbentuk melalui sosialisasi (proses
belajar).
d. Merupakan bagian dari usaha pemenuhan
kebutuhan dan kepuasan sosial manusia.
e. Bervariasi antara kebudayaan yang
satu dengan kebudayaan yang lain.
f.
Dapat
mempengaruhi pengembangan diri sosial.
g. Memiliki pengaruh yang berbeda antar
masyarakat.
h. Cenderung berkaitan satu sama lain.
Individu tidak lahir dengan membawa nilai-nilai (values).
Nilai-nilai ini diperoleh dan berkembang melalui informasi,
lingkungan keluarga, serta budaya sepanjang perjalanan hidupnya. Mereka belajar dari keseharian dan menentukan
tentang nilai-nilai mana yang benar dan mana yang salah. Untuk memahami perbedaan nilai-nilai
kehidupan ini sangat tergantung pada situasi dan kondisi dimana mereka tumbuh
dan berkembang. Nilai-nilai tersebut
diambil dengan berbagai cara antara lain :
1. Model atau Contoh, dimana individu
belajar tentang nilai-nilai yang baik atau buruk melalui observasi perilaku
keluarga, sahabat, teman sejawat dan masyarakat lingkungannya dimana dia
bergaul.
2. Moralitas, diperoleh dari keluarga,
ajaran agama, sekolah, dan institusi tempatnya bekerja dan memberikan ruang dan
waktu atau kesempatan kepada individu untuk mempertimbangkan nilai-nilai yang
berbeda.
3. Sesuka Hati, adalah proses dimana
adaptasi nilai-nilai ini kurang terarah dan sangat tergantung kepada
nilai-nilai yang ada di dalam diri seseorang dan memilih serta mengembangkan
sistem nilai-nilai tersebut menurut kemauan sendiri. Hal ini lebih sering disebabkan karena
kurangnya pendekatan, atau tidak adanya bimbingan atau pembinaan sehingga dapat
menimbulkan kebingungan dan konflik internal bagi individu tersebut.
4. Penghargaan dan Sanksi, perlakuaan
yang biasa diterima seperti mendapatkan penghargaan bila menunjukkan perilaku
yang baik, dan sebaliknya akan mendapat sanksi atau hukuman bila menunjukkan
perilaku yang tidak baik.
5. Tanggung Jawab Untuk Memilih, adanya
dorongan internal untuk menggali nilai-nilai tertentu dan mempertimbangkan
konsekuensinya untuk diadaptasi.
Disamping itu, adanya dukungan dan bimbingan dari seseorang yang akan
menyempurnakan perkembangan sistem nilai dirinya sendiri.
Pengaruh Kebudayaan Terhadap Perilaku
Konsumen
a. Model Perilaku Konsumen
Konsumen mengambil banyak macam keputusan membeli setiap hari. Kebanyakan perusahaan besar meneliti keputusan
membeli konsumen secara amat rinci untuk menjawab pertanyaan mengenai apa yang
dibeli konsumen, dimana mereka membeli, bagaimana dan berapa banyak mereka
membeli, serta mengapa mereka membeli.
b. Faktor Budaya
Faktor budaya memberikan pengaruh paling luas dan dalam pada perilaku
konsumen. Pemasar harus mengetahui
peranan yang dimainkan oleh budaya, subbudaya, dan kelas sosial pembeli. Budaya adalah penyebab paling mendasar dari
keinginan dan perilaku seseorang. Budaya
merupakan kumpulan nilai-nilai dasar, persepsi, keinginan dan perilaku yang
dipelajari oleh seorang anggota masyarakat dari keluarga dan lembaga penting
lainnya. Setiap kebudayaan terdiri dari
subbudaya-subbudaya yang lebih kecil yang memberikan identifikasi dan
sosialisasi yang lebih spesifik untuk para anggotanya. Banyak subbudaya membentuk segmen pasar
penting dan pemasar seringkali merancang prosuk dan program pemasaran yang
disesuaikan dengan kebutuhan konsumen.
Kelas-kelas sosial adalah masyarakat yang relative permanen dan bertahan
lama dalam suatu masyarakat yang tersusun secara hierarki dan keanggotaannya
mempunyai nilai, minat dan perilaku yang serupa. Kelas sosial bukan ditentukan oleh satu
faktor tunggal, seperti pendapatan, tetapi diukur dari kombinasi pendapatan,
pekerjaan, pendidikan , kekayaan dan variabel lain.
c. Pengaruh Budaya yang Tidak Disadari
Dengan adanya kebudayaan, perilaku konsumen mengalami perubahan. Dengan memahami beberapa bentuk budaya dari
masyarakat, dapat membantu pemasar dalam memprediksi penerimaan konsumen
terhadap suatu produk. Pengaruh budaya
dapat mempengaruhi masyarakat secara tidak sadar. Pengaruh budaya sangat alami dan otomatis
sehingga pengaruhnya terhadap perilaku sering diterima begitu saja.
d. Pengaruh Budaya dapat Memuaskan
Kebutuhan
Budaya yang ada dimasyarakat dapat memuaskan kebutuhan masyarakat. Budaya dalam suatu produk yang memberikan
pertunjuk dan pedoman dalam menyelesaikan masalah dengan menyediakan metode
“Coba dan Buktikan” dalam memuaskan kebutuhan fisiologis, personal dan sosial.
e. Pengaruh Budaya dapat Dipelajari
Budaya dapat dipelajari sejak seseorang sewaktu masih kecil, yang
memungkinkan seseorang mulai mendapat nilai-nilai kepercayaan dan kebiasaan
dari lingkungan yang kemudian membentuk budaya seseorang. Berbagai macam cara budaya dapat
dipelajari. Misalnya dalam dunia
industry, perusahaan periklanan cenderung memilih cara pembelajaran secara
informal dengan memberikan model untuk ditiru masyarakat. Seperti biasanya iklan sebuah produk akan
berupaya mengulang kembali akan iklan suatu produk yang dapat menjadi
keuntungan dan kelebihan dari produk itu sendiri. Iklan itu tidak hanya amampu mempengaruhi
persepsi sesaat konsumen mengenai keuntungan dari suatu produk, namun juga
dapat mempengaruhi persepsi generasi mendatang mengenai keuntungan yang akan
didapat dari suatu kategori produk tertentu.
f.
Pengeruh
Budaya yang Berupa Tradisi
Tradisi adalah aktivitas yang bersifat simbolis yang merupakan
serangkaian langkah-langkah (berbagai perilaku) yang muncul dalam rangkaian
yang pasti dan terjadi berulang-ulang.
Tradisi yang disampaikan selama kehidupan manusia, dari lahir hingga
mati. Hal ini bisa jadi sangat bersifat
umum. Hal yang penting dari tradisi ini
untuk para pemasar adalah fakta bahwa tradisi cenderung masih berpengaruh terhadap
masyarakat yang menganutnya.
Struktur Konsumsi
Secara matematis struktur konsumsi
yaitu menjelaskan bagaimana harga beragam sebagai hasil dari keseimbangan
antara ketersediaan produk pada tiap harga (penawaran) dengan kebijakan
distribusi dan keinginan dari mereka dengan kekuatan pembelian pada tiap harga
(permintaan). Grafik ini memperlihatkan
sebuah pergeseran ke kanan dalam permintaan dari D1 ke D2 bersama
dengan peningkatan harga dan jumlah yang diperlukan untuk mencapai sebuah titik
keseimbangan (equilibrium) dalam
kurva penawaran (S).
Dampak Nilai-Nilai Inti Terhadap
Pemasar
1. Kebutuhan
Konsep dasar yang melandasi pemasaran adalah kebutuhan manusia. Kebutuhan manusia adalah pernyataan dari rasa
kehilangan dan manusia mempunyai banyak kebutuhan yang kompleks. Kebutuhan manusia yang kompleks tersebut
karena bukan hanya fisik (makanan, pakaian, perumahan, dan lain-lain), tetapi
juga rasa aman, aktualisasi diri, sosialisasi, penghargaan, kepemilikan. Semua kebutuhan berasal dari masyarakat
konsumen, bila tidak puas konsumen akan mencari produk atau jasa yang dapat
memuaskan kebutuhan tersebut.
2. Keinginan
Bentuk kebutuhan manusia yang dihasilkan oleh budaya dan kepribadian
individual dinamakan keinginan.
Keinginan digambarkan dalam bentuk objek yang akan memuaskan kebutuhan
mereka atau keinginan adalah hasrat akan penawar kebutuhan yang spesifik. Masyarakat yang semakin berkembang,
dibutuhkan perusahaan yang bisa memuaskan keinginan sekaligus memenuhi
kebutuhan manusia dengan menebus keterbatasan tersebut, paling tidak
meminimalisasikan keterbatasan sumber daya.
3. Permintaan
Dengan keinginan dan kebutuhan serta keterbatasan sumber daya tersebut,
akhirnya manusia menciptakan permintaan akan produk atau jasa dengan manfaat
yang paling memuaskan. Sehingga
muncullah istilah permintaan, yaitu keinginan manusia akan produk spesifik yang
didukung oleh kemampuan dan ketersediaan untuk membelinya.
Perubahan Nilai
Budaya juga perlu mengalami perubahan nilai. Ada beberapa aspek dari perlunya perluasan
perubahan budaya yaitu :
a. Budaya merupakan konsep yang meliputi
banyak hal atau luas. Hal tersebut
termasuk segala sesuatu dari proses pemikiran individu dan perilakunya. Ketika budaya tidak menentukan sifat dasar dari
frekuensi pada dorongan biologis seperti lapar, hal tersebut berpengaruh jika
waktu dan cara dari dorongan ini akan memberi kepuasan.
b. Budaya adalah hal yang
diperoleh. Namun tidak memaksudkan
mewarisi respond an kecenderungan.
Bagaimanapun juga, bermula dari perilaku manusia tersebut.
c. Kerumitan dari masyarakat modern yang
merupakan kebenaran budaya yang jarang memberikan ketentuan yang terperinci
atas perilaku yang tepat.
Variasi Nilai Perubahan Dalam Nilai
Budaya Terhadap Pembelian dan Konsumsi
Nilai budaya memberikan dampak yang
lebih pada perilaku konsumen dimana dalam hal ini dimaksudkan ke dalam
kategori-kategori umum yaitu berupa orientasi nilia-nilai lainnya yaitu
merefleksikan gambaran masyarakat dari hubungan yang tepat antara individu dan
kelompok dalam masyarakat. Hubungan ini
mempunyai pengaruh yang utama dalam praktek pemasaran. Sebagai contoh, jika masyarakat menilai
aktifitas kolektif, konsumen akan melihat kearah lain pada pedoman dalam
keputusan pembelanjaan dan tidak akan merespon keuntungan pada seruan promosi
untuk “menjadi seorang individual”.
Begitu juga pada budaya yang individualistic. Sifat dasar dari nilai yang terkait ini
termasuk individual/kolektif, kaum muda/tua, meluas/batas keluarga,
maskulin/feminine, persaingan/kerjasama, dan perbedaan/keseragaman.
1. Individual/Kolektif
Budaya individualis biasanya terdapat pada budaya orang barat seperti
Amerika, Inggris, Kanada, dan sebagainya.
Sedangkan budaya kolektifitas terdapat pada budaya orang timur yang
memang sudah berada dalam orientasi mereka.
Nilai ini adalah faktor kunci yang membedakan budaya dan konsep diri
yang berpengaruh besar pada individu.
Tidak mengherankan, konsumen dari budaya yang memiliki perbedaan nilai,
berbeda pula reaksi mereka pada produ asing, iklan, dan sumber yang lebih
disukai dari suatu informasi.
2. Usia Muda/Tua
Dalam hal ini apakah dalam budaya pada suatu keluarga, anak-anak sebagai
kaum muda lebih berperan dibandingkan dengan orang dewasa dalam pembelian. Dengan kata lain adalah melihat faktor budaya
yang lebih bijaksana dalam melihat sisi dari peran usia. Selain itu, penting untuk diingat bahwa
segmen tradisional dan nilai masih berpengaruh dan para pemasar harus
menyesuaiakan bukan hanya pada lintas budaya melainkan juga pada budaya
didalamnya.
3. Luas/Batasan Keluarga
Maksudnya adlaah bagaimana keluarga dalam suatu budaya membuat suatu
keputusan penting bagi anggota keluarganya.
Dengan kata lain apakah peran orang dewasa (orang tua) memiliki
kebijakan yang lebih dalam memutuskan apa yang terbaik bagi anaknya. Atau malah sebaliknya anak-anak memberi
keputusan sendiri apa yang terbaik bagi diri mereka sendiri. Dan bisa dikatakan juga bahwa pengaruh
pembelian oleh orang akan berpengaruh untuk seterusnya pada anak.
Sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar