Copyright © CORETAN PENA
Design by Dzignine
28 Desember 2013

Bab 11 Kelas Sosial dan Kelompok Sosial

KELAS SOSIAL DAN KELOMPOK STATUS
      
      A.    PERBEDAAN ANTARA KELAS SOSIAL DENGAN STATUS SOSIAL

Dalam dunia pemasaran, banyak hal yang harus kita pelajari, karena dalam memasarkan suatu produk yang ingin kita jual kita perlu mempertimbangkan berbagi macam hal termasuk perilaku konsumen, yaitu mata kuliah yang kita ambil di semester ke lima ini, didalam mempelajari perilaku konsumen tersebut, terdapat pula macam-macam hal salah satunya yang akan kita bahas selanjutnya yaitu tentang kelas dan status sosial.

Kelas dan status sosial tidak hanya berpengaruh terhadap dunia sosialnya, tapi juga menjadi syarat kita dalam mempelajari perilaku konsumen, perbedaan kelas dan status sosial bias berdampak pada perbedaan keinginan, kebutuhan bahkan bisa sampai pada perbedaan tempat membeli suatu produk meskipun produk yang dibeli sama.  Sebagai contoh di Indonesia masyarakat dengan strata sosial rendah akan membeli barang-barang kebutuhan di pasar tradisional sedangkan masyarakat dengan strata yang lebih tinggi akan lebih suka belanja di supermarket.

Pengertian akan perkembangan kelas sosial penting dalam memahami konsumsi karena dua alasan tambahan.  Pertama, konsumen menggunakan gaya hidup yang syaratkan di dalam kelas orisinil mereka, walaupun orang bergerak naik turun dalam struktur kelas.  Kedua, gaya hidup kelas menengah atas cenderung merangkak turun dan menjadi di terima secara umum oleh masyarakat.

KELAS SOSIAL
Kelas sosial adalah penjumlahan kelas-kelas dalam masyarakat, artinya semua keluarga dan orang yang sadar akan kedudukan mereka itu diketahui dan diakui oleh masyarakat umum.  Dengan demikian pengertian kelas adalah parallel dengan pengertian lapisan tanpa membedakan apakah dasar lapisan itu faktor uang, tanah, kekuasaan, atau dasar lainnya.  Adapun yang menggunakan istilah kelas hanya untuk lapisan yang berdasarkan unsur ekonomis, sedangkan lapisan yang berdasarkan atas kehormatan dinamakan kedudukan (status group).

STATUS SOSIAL
Kadang-kadang dibedakan antara pengertian kedudukan (status), dengan kedudukan sosial (sosial status).  Kedudukan diartikan sebagai tempat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok sosial.  Kedudukan sosial adalah tempat seseorang, secara umum dalam masyarakat sehubungan dengan orang-orang lain, dalam arti lingkungan pergaulannya, prestisnya, dan hak-haknya serta kewajiban-kewajibannya.

Masyarakat pada umumnya mengembangkan dua macam kedudukan, yaitu :
      1.      Ascribe Status, yaitu kedudukan seseorang dalam masyarakat tanpa memperhatikan perbedaan-perbedaan rohaniah dan kemampuan.  Kedudukan tersebut diperoleh karena kelahiran.
      2.      Achieved Status, yaitu kedudukan yang dicapai oleh seseorang dengan usaha-usaha yang disengaja.  Akan tetapi bersifat terbuka bagi siapapun tergantung dari kemampuan masing-masing dalam mengejar serta mencapai tujuan-tujuannya.

Perbedaan itu tidak hanya muncul dari sisi jabatan tanggung jawab sosial saja, namun juga terjadi akibat perbedaan fisik, keyakinan, dan lain-lain.  Perbedaan ras, suku, agama, pendidikan, jenis kelamin, usia atau umur, kemampuan, tinggi badan, dan sebagainya juga membedakan manusia yang satu dengan yang lain.  Beragamnya orang yang ada disuatu lingkungan akan memunculkan stratifikasi sosial (pengkelas-kelasan) atau diferensiasi sosial (pembeda-bedaan).
     
      B.     PEMILIKAN

Pemilikan adalah symbol keanggotaan kelas tidak hanya jumlah pemilikannya, tetapi sifat pilihan yang dibuat.

      C.     DINAMIKA KELAS SOSIAL
Perilaku kelas sosial dinamis karena mencerminkan lingkungan yang berubah.  Dinamika kelas sosial mencerminkan perbedaan kelas antara kelas middle-up and middle down.  Sehingga terlihat jelas sekali mencoloknya.

      D.    SOCIAL MOBILITY DAN KONSEKUENSINYA TERHADAP PASAR
Mobilitas sosial adalah suatu gerakan dalam struktur sosial yaitu pola-pola tertentu yang mengatur organisasi suatu kelompok sosial.  Tipe gerakan sosial yaitu :

      1.      Gerak Sosial Vertikal, merupakan suatu perpindahan individu atau objek dari suatu kedudukan sosial ke kedudukan lainnya yang tidak sederajat.  Gerak sosial vertical sesuai dengan arahannya dibedakan menjadi dua lagi :
a)      Gerak Sosial Vertikal Naik
Terdapat dua bentuk utama yaitu pertama, masuknya individu-individu yang mempunyai kedudukan rendah ke dalam kedudukan yang lebih tinggi.  Kedua, pembentukan suatu kelompok baru, yang kemudian ditempatkan pada derajat yang lebih tinggi dari kedudukan individu-individu pembentuk kelompok tersebut.
b)      Gerak Sosial Vertikal Turun
Terdapat dua bentuk utama diantaranya turunnya kedudukan individu ke kedudukan yang lebih rendah derajatnya dan turunnya derajat kelompok individu yang dapat berupa disintegrasi kelompok sebagai suatu kesatuan.
      2.      Gerak Sosial Horizontal, merupakan suatu perpindahan individu atau objek sosial dari suatu kedudukan sosial ke kedudukan lainya yang sederajat.

PENGARUH MOBILITAS SOSIAL TERHADAP PASAR

Dengan adanya mobilitas sosial tersebut maka secara tidak langsung akan mempengaruhi perilaku seseorang dalam membeli.  Misalnya dengan mobilitas seseorang menuju lapisan sosial yang lebih tinggi, maka secara otomatis orang itu akan mempunyai perlaku pembeliaan yang konsumtif.  Hal ini disebabkan karena dengan adanya mobilitas yang dialaminya membuat kebutuhannya semakin meningkat begitu juga sebaliknya dengan orang yang mengalami mobilitas menurun, maka aktivitas konsumsinya menurun.

Kasus mobilitas dapat dijelaskan dengan melihat beberapa karakteristik kelas utama sosial Amerika atau Karakteristik Tujuh Kelas Utama Sosial versi Amerika, yaitu :
      
      1.      Kelas Atas Tinggi è adalah elit sosial yang hidup dari kekayaan warisan dan mempunyai latar belakang keluarga terkenal.  Mereka memberikan sumbangan dalam jumlah besar, mempengaruhi lebih dari satu rumah, pesta, dll.
      2.      Kelas Atas Bawah è mempengaruhi penghasilan tinggi atau kekayaan lewat kemampuan yang luar biasa dalam profesi dan bisnis.  Mereka cenderung aktif dalam kegiatan sosial dan sipil, serta membeli sendiri dan anak-anak mereka.  Simbol dari kelas ini adalah mobil mahal dan rumah.
      3.      Kelas Menengah Atas è memiliki karakteristik tidak mempunyai status keluarga, mereka terutama memikirkan “karier”.  Mereka memperoleh posisi sebagai professional, manajer perusahaan, dan pengusaha independen.  Mereka mengandalkan pendidikan, keterampilan professional, dan administrasi.
      4.      Kelas Menengah è memiliki karakteristik terdiri dari pekerja kantor dan pihak yang memperoleh gaji rata-rata untuk mengikuti mode, mereka sering membeli produk popular.  Mereka tidak ragu membelanjakan banyak uang untuk pengalaman bagi anak-anaknya dan membimbing mereka menuju perguruan tinggi.
      5.      Kelas Pekerja è terdiri dari mereka yang menjadi panutan, berapapun pendapatan mereka, apapun latar belakang pendidikannya, ataupun pekerjaannya.
      6.      Kelas Bawah Tinggi è kelas bawah tinggi ini bekerja, walupun standar kehidupan mereka hanya sedikit diatas garis kemiskinan.  Mereka melakukan tugas yang tidak memerlukan keterampilan dengan upah yang rendah walaupun mereka berusaha pindah ke kelas yang lebih tinggi.
      7.      Kelas Bawah Rendah è memiliki karakteristik bergantung pada tunjangan sosial, kemiskinan tampak nyata dan mereka biasanya menganggur.

      E.     PEMASARAN UNTUK PANGSA KELAS SOSIAL

Prosedur untuk pangsa pasar mencakupi langkah-langkah berikut :
      1.      Identifikasi pemakaian kelas sosial dari produk.
      2.      Perbandingan variabel kelas sosial untuk pemasaran dengan variabel lain (pendapatan, siklus hidup, dsb).
      3.      Deskripsi karakteristik kelas sosial yang diidentifikasi di dalam target pasar.
      4.      Perkembangan program pemasaran untuk memaksimumkan keefektifan bauran pemasaran yang didasarkan pada konsistensi dengan sifat kelas sosial.

Pangsa pasar kelas sosial dengan dideskripsikan dengan dua jenis variabel :
      a.       Informasi profil umum
      b.      Informasi spesifikasi produk

Analisis pangsa pasar berdasarkan profil sosioekonomi memungkinkan seorang pemasar mengembangkan program pemasaran yang komprehensif agar cocok dengan karakteristik sosioekonomi dari target pasar.  Ini akan mencakupi sifat produk, starategi media, strategi kreatif, saluran distribusi, dan penetapan harga.
   
      F.      PENGENALAN KEBUTUHAN DAN KRITERIA EVALUASI

Sebagai seorang pemasar, sebelum melakukan proses promosi harus meyiapkan berbagai macam persiapan, didalam kasus ini persiapan yang harus kita lakukan adalah menggali informasi tentang kebutuhan dari pangsa pasar kelas sosial dengan melakukan setidaknya observasi terhadap pangsa pasar kelas sosial.

      G.    PROSES PENCARIAN

Perbedaan kelas sosial membedakan pula pola informasi tentang suatu produk yang didapat oleh masing-masing individu, kelas bawah yang berada didaearah lebih terperinci akan susak mendapatkan informasi tentang suatu barang yang beredar dipasaran sedangkan orang kelas menengah keatas lebih mudah mendapatkan informasi tersebut.



Sumber :

12 Desember 2013

Bab 10 Dinamika Kelompok dan Kelompok Rujukan

DINAMIKA KELOMPOK DAN KELOMPOK RUJUKAN


KELOMPOK RUJUKAN

Kelompok Rujukan (Reference Group) merupakan sekelompok orang yang dianggap memiliki pengaruh evaluasi, aspirasi, bahkan perilaku terhadap orang lain secara langsung ataupun tidak langsung, dan dianggap sebagai pembandingan bagi seseorang  dalam membenruk nilai dan sikap umum/khusus atau pedoman khusus bagi perilaku.  Kelompok rujukan memberikan standar (norma/nilai) yang dapat menjadi perspektif penentu mengenai bagaimana seseorang berfikir atau berperilaku, dan kelompok ini berguna sebagai referensi seseorang dalam pengambilan keputusan.

KELUARGA DAN STUDI PERILAKU KONSUMEN

Studi tentang keluarga dan hubungan mereka dengan pembelian dan komsumsi adalah sangat penting, tetapi kerap diabaikan dalam analisis perilaku konsumen.  Pentingnya keluarga karena 2 (dua) alasan :  Pertama, banyak produk dibeli oleh konsumen ganda yang bertindak sebagai unit keluarga.  Rumah adalah contoh produk yang dibeli oleh pasangan, barang kali dengan melibatkan anak-anak, atau anggota lain dari keluarga besar. Kedua, bahkan ketika pembelian dibuat oleh individu, keputusan pembelian individu bersangkutan mungkin sangat dipengaruhi oleh anggota lain dalam keluarganya.


Studi tentang keputusan kelurga sebagai konsumen kurang lazim dibandingkan studi tentang individu sebagai konsumen.  Alasan untuk pengabdian dalam studi pembelian keluarga adalah kesulitan dalam mempelajari keluarga sebagai organisasi.  Survey dan metodologi penelitian pemasaran lain lebih mudah dijalankan untuk individu daripada untuk keluarga.

VARIABEL YANG MEMPENGARUHI PEMBELIAN

Keluarga memiliki pendapatan rata-rata yang lebih tinggi dibandingkan rumah tangga, karena jumlah yang lebih banyak dari individu yang bekerja di dalam keluarga.  Untuk keluarga maupun rumah tangga, keempat variabel structural yang paling memberi dampak pada keputudan pembelian dan yang dengan demikian paling menarik bagi pemasar adalah usia kepala rumah tangga, status perkawinan, kehadiran anak, dan status pekerjaan.


Keluarga sama dengan perusahaan, keluarga adalah oragnisasi yang terbentuk unutk mencapai fungsi tentu yang lebih efektif dibandingkan individu yang hidup sendiri.  Konsekuensi ekonomi dengan hadirnya anak menciptakan struktur permintaan akan pakaian, makanan, perabot, rumah, perawatan kesehatan, pendidikan, dan produk lain.

KEPUTUSAN PEMBELIAN KELUARGA
      
      1.      Peranan Individu dalam Pembelian Keluarga
Keputusan konsumsi keluarga melibatkan setidaknya lima peranan yang dapat didefinisikan.  Peranan ini mungkin dipegang oleh suami, istri, anak, atau anggota lain dalam rumah tangga.
a)      Penjaga Pintu (Gate Keeper)
b)      Pemberi Pengaruh (Influencer)
c)      Pengambil Keputusan (Decider)
d)      Pembeli (Buyer)
e)      Pemakai (User)
      
      2.      Perilaku Peranan (Role Behavior)
Keluarga dan kelompok lain juga memperlihatkan apa yang oleh sosioloh Talcott Parsons sebut sebagai perilaku peran instrumental dan ekspresif.  Peran Instrumental melibatkan aspek keuangan, karakter performasi, dan sifat fungsional lain seperti kondisi pembelian.

SIKLUS KEHIDUPAN KELUARGA

Salah satu cara berfikir mengenai alasan mengapa terjadi perubahan sosial dan transformasi sosial adalah menyatakan bahwa suatu masyarakat dan masing-masing bagiannya mempunyai kebutuhan untuk menyesuaikan dengan lingkungan sosial dan lingkungan fisik mereka, atau lebih tepatnya menyesuaikan dengan perubahan yang relevan di dalam lingkungan keluarga.

Keluarga berubah sejalan dengan perubahan jaman.  Perubahan yang diinginkan biasanya diharapkan bermuara pada kesejarhteraan dan kebahagian, namun kenyataannya sering menjadi lain.  Sayangnya, kenyataan itu sering diingkari sehingga masalah yang muncul menjadi tambah besar dari yang seharusnya.  Sejahtera dan bahagia tidak hanya sebagai tujuan keluarga, tetapi lebih luas dari itu, yaitu tujuan hidup.  Untuk mencapainya banyak upaya yang dilakukan diantaranya adalah dengan meningkatkan level pendidikan dan mendapatkan pekerjaan yang baik.  Mencapai pendidikan yang tinggi dan masuk dalam pasar kerja berarti mengubah siklus hidup dari orientasi yang tradisional ke modern.  Ini belum cukup, sebab berpendidikan dan bekerja berarti pula menunda usia kawin, terutama bagi perempuan.  Keadaan seperti ini sangat berperan dalam penurunan fertilitas yang sebagian besar Negara berkembang menjadi sasaran penting.  Artinya, ukuran keluarga menjadi lebih kecil.

Ternyata perubahan ukuran ini membawa perubahan ke berbagai aspek kehidupan keluarga antara lain, dengan rata-rata jumlah keluarga yang mengecil mengakibatkan bentuk keluarga luas (extended family) bergeser ke bentuk keluarga inti (nuclear family).  Perlu dicatat bahwa jumlah anak dalam keluarga yang mengecil sejalan dengan penurunan fertilitas bukan satu-satunya penyebab disini.  Namun implikasi dari keluarga kecil terhadap kehidupan sosial dan ekonomi cukup besar.  Dengan jumlah yang sedikit dan meningkatnya kemampuan ekonomi menyebabkan bantuan, dukungan ekonomi dan sosial seperti mengasuh anak, dari anggota keluarga luas berkurang.  Pada masa transisi seperti ini tampaknya keuntungan ekonomis lebih berpihak pada generasi muda dibanding generasi tua, serta perempuan disbanding laki-laki.  Dengan jumlah anak sedikit, rata-rata anggota keluarga yang muda mendapatkan kesempatan pendidikan yang lebih baik.  Sementara itu, kelompok usia lanjut mulai kurang diabaikan oleh generasi yang lebih muda.  Pergeseran bentuk keluarga ini jelas berdampak psikologis bagi anggota-anggotanya.  Tidak selamanya dampak tersebut negative, seperti kurang hangatnya hubungan antar anggota keluarga, tetapi juga positif seperti otonomi individu.


Sumber :