Copyright © CORETAN PENA
Design by Dzignine
27 November 2013

Bab 9 Komunikasi

KOMUNIKASI


A.   PENTINGNYA KOMUNIKASI
Manusia termasuk makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri atau makhluk yang selalu bermasyarakat.  Sebagai makhluk sosial, manusia selalu melakukan hubungan kerja sama, belajar, berjualan, bertamu, dan lain sebagainya.  Setiap melakukan aktivitas, manusia pasti berkomunikasi.  Jadi setiap manusia senantiasa melakukan komunikasi dalam setiap aktivitas sehari-hari.


B.  DEFINISI KOMUNIKASI
Apa yang dimaksud komunikasi? Istilah komunikasi berasal dari bahasa Latin, communication yaitu sama makna.  Maksudnya, komunikasi terjadi jika antara orang-orang yang terlibat ada kesamaan makna mengenai sesuatu  yang disampaikan.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, terbitan Balai Pustaka , 2002, komunikasi  adalah :
a)    Pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antra dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami; hubungan; kontak.
b)   Perhubungan.

Komunikasi memegang peranan yang sangat penting dalam keberhasilan penjualan atau bisnis.  Seorang penjual yang tidak dapat mengomunikaiskan barang jualannya atau jasanya, tidak akan dapat menarik calon pembeli.  Seorang penjual harus mampu merangkai kalimat yang efektif (singkat, jelas, dan dapat dipahami), mampu mengubah situasi menjadi lebih menarik dan akrabm dapat menyelipkan humor yang segar dan sesuai, serta menghidupkan suasana.

C.  PROSES KOMUNIKASI
    Komunikasi terjadi bila unsur-unsur komunikasi melakukan proses komunikasi.  Unsur-unsur komunikasi terdiri atas :
a)   Komunikator, yaitu orang yang menyampaikan pesan, ide, pernyataan, keinginan, dan pertanyaan.
b) Komunikan, yaitu orang yang menerima pesan, ide, pernyataan, keinginan, dan pertanyaan dari komunikator.
c)    Pesan, yaitu ide atau keinginan dari komunikator yang didukung oleh lambing.
d)   Media, yaitu sarana atau saluran yang menunjang pesan bila komunikan jauh tempatnya atau banyak jumlahnnya.
e)    Efek /Respon/Feed back, yaitu pengaruh dari adanya pesan.



Proses komunikasi adalah berlangsungnya komunikasi yang dilakukan oleh komunikan dan komunikator.  Dalam hal ini, komunikator menyampaikan pesan atau keinginan kepada komunikan yang mempengaruhi komunikan sehingga komunikan menyampaikan tanggapan atau feed back.  Proses komunikasi terdapat dua macam, yaitu :

1.     Proses Komunikasi Secara Langsung (Tatap Muka)
Proses komunikasi secara langsung maksudnya ialah komunikator dengan komunikan berkomunikasi secara langsung sehingga komunikastor dapat meilhat reaksi dari komunikan.  Apabila komunikan terlihat kurang paham, komunikator  dapat menjelaskan kembali maksudnya,  sehingga komunikan memahami maksud/pesan dari komunikator.
   
    2.    Proses Komunikasi Bermedia
Proses komunikasi bermedia adalah komunikator berkomunikasi secara tidak langsung karena menggunakan media atau sarana untuk meneruskan suatu pesan kepada komunikan yang jauh tempatnya atau banyak jumlah komunikannya.

D.  KOMUNIKASI PERSUASIF
Komunikasi persuasive adalah komunikasi yang bertujuan untuk mengubah atau mempengaruhi kepercayaan, sikap, dan perilaku seseorang sehingga bertindak sesuai dengan apa yang diharapkan oleh komunikator.  Pada umumnya sikap-sikap individu/kelompok yang hendak dipengaruhi ini dari tiga komponen :
1.     Kognitif -  Perilaku dimana individu mencapai tingkat “tahu” pada objek yang diperkenalkan.
2.    Afektif -  Perilaku dimana individu mempunyai kecenderungan untuk suka atau tidak suka pada objek.
3.    Konatif – Perilaku yang sudah sampai tahap hingga individu melakukan sesuatu (perbuatan)terhadap objek.

Kepercayaan/pengetahuan seseorang tentang sesuatu dipercaya dapat mempengaruhi perilaku dan tindakan mereka terhadap sesuatu mengubah pengetahuan seseorang akan sesuatu dipercaya dapat mengubah perilaku mereka.  Walaupun ada kaitan antara kognitif, afektif, dan konatif – keterkaitan ini tidak selalu berlaku lurus atau langsung.

E.  MODEL KOMUNIKASI PEMASARAN
Steward L. Tubbs dan Sylvia Moss dalam Human Communication menguraikan ada tiga model dalam komunikasi :

1.  Model Komunikasi Linier (One Way Communication), dalam model ini komunikator memberikan suatu stimuli dan komunikan melakukan respon yang diharapkan tanpa mengadakan seleksi dan interprestasi.  Komunikasinya bersifat monolog.
2.    Model Komunikasi Interaksional, sebagai kelanjutan dari model yang pertama.  Pada tahap ini sudah terjadi feed back atau umpan balik.  Komunikasi yang berlangsung bersifat dua arah dan ada dialog, dimana setiap partisipan memiliki peran ganda, dalam arti pada suatu saat bertindak sebagai komunikator, pada saat yang lain bertindak sebagai komunikan.
3.    Model Komunikasi Transaksional.  Dalam model ini komunikasi hanya dapat dipahami dalam konteks hubungan (relationship) antara dua orang atau lebih.  Pandangan ini menekankan bahwa semua perilaku adalah komunikatif.  Tidak ada satupun yang tidak dapat dikomunikasikan.

F.  ALAT-ALAT KOMUNIKASI PEMASARAN
Bauran komunikasi pemasaran (promosi) terdiri atas lima alat komunikasi utama :
1.  Periklanan
Semua bentuk penyajian dan promosi nonpersonal atas ide, barang atau jasa yang dilakukan oleh perusahaan sponsor tertentu.
    2.  Promosi Penjualan
Berbagai insetif jangka pendek untuk mendorong keinginan mencoba atau membeli suatu produk atau jasa.
    3.  Hubungan Masyarakat dan Publisitas
Berbagai progam untuk mempromosikan dan/atau melindungi citra perusahaan atau masing-masing produknya.
    4.  Penjualan Pribadi
Interaksi langsung dengan satu calon pembeli atau lebih guna melakukan presentasi menjawab pertanyaan dan menerima pesanan.
    5.  Pemasaran Langsung
Penggunaan surat, telepon, faksimil, e-mail dan alat penghubung nonpersonal lain untuk berkomunikasi secara langsung dengan atau mendapatkan tanggapan langsung dari pelanggan dan calon pelanggan tertentu.

Sumber :

3 November 2013

Bab 8 Sikap Konsumen

SIKAP KONSUMEN

Definisi Sikap Konsumen

Engel, Blackwell, dan Miniard (1995) mengemukakan bahwa sikap menunjukkan apa yang konsumen sukai dan yang tidak disukai.  Definisi tersebut menggambarkan pandangan kognitif dari psikolog sosial, dimana sikap dianggap memiliki 3 unsur : kognitif (pengetahuan), afektif (perasaan), dan konotatif (tindakan).  Dapat disimpulkan bahwa sikap merupakan ungkapan perasaan konsumen tentang suatu objek apakah disukai atau tidak, dan sikap juga bisa menggambarkan kepercayaan konsumen terhadap berbagai atribut dan manfaat dari objek tersebut.

Sikap konsumen adalah faktor penting yang akan mempengaruhi keputusan konsumen.  Mowen dan Minor (1998) menyebutkan bahwa istilah pembentukkan sikap (costumer attitude formation) sering kali menggambarkan hubungan antara kepercayaan, sikap, dan perilaku.  Kepercayaan, sikap, dan perilaku juga terkait dengan konsep atribut produk.  Atribut produk adalah karakteristik dari suatu produk.  Konsumen biasanya memiliki kepercayaan terhadap atribut suatu produk.

Fungsi-fungsi Sikap
      
      1.       Fungsi Utilitarian (Manfaat)
Seorang menyukai suatu produk karena ingin memperoleh manfaat dari produk tersebut atau menghindari resiko produk.  Karena itu sikap berperan seperti operan conditioning.
Contohnya :  seseorang menyukai makan sayur dan buah-buahan karena keduanya mengandung serat yangsangat bermanfaat bag kesehatan dan kebugaran konsumen.  Sebaliknya, seorang tidak merokok karena rokok membahayakan bagi kesehatannya.
      
      2.       Fungsi Mempertahankan Ego
Sikap melindungi ciitra diri seseorang ataupun produk.
Contoh :  seseorang selalu menggunakan sepatu bertumit tinggi, karena dia merasa menjadi lebih tinggi, sehingga bisa mengurangi rasa minder dan meningkatkan kepercayaan diri sendiri.  Sebuah iklan ceta dari produk susu bubuk untuk dewasa “Anlene” memberi pesan dengan konsep fungsi mempertahankan ego.  Konsumen memiliki rasa khawatir menjadi tulang kropos, ia harus melawan rasa takut tersebut, ia harus mempertahankan rasa egonya. Anlene memberikan solusi agar konsumen terhindar dari rasa takut tulang keropos dengan mengkonsumsi susu anlene.

      3.       Fungsi Ekspresi Nilai
Sikap akan menggambarkan minat/hobi seseorang.
Contoh  :  sikap seseorang menggambarkan minat/hobby membeli pakaian dibutik menggambarkan ekspresi kelas sosial seseorang.  Butik selalu diasosiasikan dengan tempat penjualan pakaian yang baik dan berkelas.

      4.       Fungsi Pengetahuan
Sikap positif terhadap suatu produk mencerminkan pengetahuan konsumen akan suatu produk.  Yang dapat dilakukan oleh pemasar, brosur berisi pengetahuan mengenai produk, penggunaan produk dan sebagainya.
Contoh  :  poster Nutrisari berusaha mengubah sikap konsumen dengan meningkatkan pengetahuan mengenai manfaat warna sayur dan buah yang beragam.  Peningkatan pengetahuan konsumen diharapkan dapat meningkatkan konsumsi terhadap produk tersebut.

Kombinasi Beberapa Fungsi
Strategi mengubah sikap sering dilakukan dengan cara memaparkan beberapa fungsi sikap untuk menarik perhatian konsumen, sehingga mereka terdorong untuk mengubah sikapnya.  Hal tersebut dilandasi oleh beragamnya faktor yang menyebabkan seorang konsumen menyukai atau tidak menyukai suatu produk.  Oleh karena itu, sangat penting untuk mengkombinasikan beberapa fungsi agar konsumen dapat mengkonsumsi produk kita.

Komponen Utama Sikap
Sikap mempunyai tiga komponen utama, yaitu :

      a.       Kesadaran
Keyakinan bahwa “Diskriminasi itu salah” merupakan sebuah pernyataan evaluative.  Opini semacam ini adalah komponen kognitif dari sikap yang menentukan tingkatan untuk bagian yang lebih penting dari sebuah sikap-komponen afektifnya

      b.      Perasaan
Perasaan adalah segmen emosional atau perasaan dari sebuah sikap dan tercermin dalam pernyataan seperti “Saya tidak menyukai John karena ia mendiskriminasi orang-orang minoritas”.  Akhirnya perasaan bisa menimbulkan hasil akhir dari perilaku.
  
      c.       Perilaku
Komponen perilaku dari sebuah sikap merujuk pada suatu maksud untuk berperilaku dalam cara tertentu terhadap seseorang atau sesuatu.

Peran Sikap dalam Pengembangan Strategi Pemasaran
Sikap konsumen terhadap suatu produk dapat bervariasi bergantung pada orientasinya.  Berkenaan dengan sikap konsumen ini,para pemasar dapat mengidentifikasi segmen konsumen berdasarkan manfaat produk yang diinginkan konsumen.  Segmentasi manfaat produk bagi konsumen merupakan hal yang sangat mendasar untuk membidik konsumen, karena manfaat yang diinginkan akan mempengaruhi sikap dan perilaku mereka terhadap merek.  Dengan demikian akan menentukan keputusan konsumen terhadap produk tersebut.

Pemahaman sikap konsumen merupakan hal yang sangat krusial, terutama dalam pengembangan strategi pemasaran.  Pengembangan produk dapat dilakukan dengan terlebih dahulu melakukan penelitian untuk mengetahui sikap konsumen.  Penelitian untuk mengukur sikap konsumen dapat dilakukan dengan cara menyebarkan kuesioner kepada kelompok konsumen sasaran yang sebelumnya telah diidentifikasi.  Kelompok konsumen itu bisa didasarkan pada demografi, kelas sosial, dan gaya hidup.  Terhadap segmen sasaran itu sejumlah pertanyaan mengenai produk yang akan dikembangkan diajukan.  Dengan mendasarkan pada sikap dan penelitian segmen konsumen itulah pengembangan produk dilakukan.

Sikap konsumen merupakan hal yang sangat penting dalam pengembangan strategi promosi atau strategi pemasaran.  Misalnya, jika konsumen dari segmen pasar tertentu yang telah diidentifikasi menginginkan produk yang mudah dibawa dan mampu menyelesaikan segala persoalan untuk produk computer dan laptop, maka strategi promosinya harus menekankan pada penggambaran mobilitas dan penyelesaian persoalan dengan cepat.  Demikian juga untuk segmen pasar yang lain, pengembangan produk harus menyesuaikan sikap konsumen agar tujuan promosi atau pemasaran dapat tercapai.

Sumber  :

1 November 2013

Bab 7 Pembelajaran Konsumen

PEMBELAJARAN KONSUMEN

Pembelajaran adalah bahasan yang mendasar dalam ilmu psikologi.  Lefton (1982) mendefinisikan pembelajaran sebagai perubahan perilaku yang relatif bersifat tetap yang terjadi sebagai akibat dari pengalaman.  Definisi ini membedakan antara pembelajaran dan reflex yang merupakan perilaku tidak disengaja yang terjadi sebagai respon terhadap suatu stimulus.

Pembelajaran konsumen merupakan proses ; artinya terus menerus berkembang dan berubah karena adanya pengetahuan yang baru diperoleh ( yang mungkin didapat dari membaca, dari diskusi, dari pengamatan, dan dari proses berpikir ) atau dari pengamatan sendiri.

Peran  pengalaman dalam pembelajaran tidak berarti bahwa semua pembelajaran dicari dengan sengaja.  Walaupun kebanyakan pembelajaran adalah disengaja (yaitu, diperoleh sebagai hasil pencarian informasi yang teliti), banyak pembelajaran yang disengaja, diperoleh secara kebetulan atau banyak usaha.

Teori Pembelajaran

Teori pembelajaran perilaku kadang-kadang disebut teori stimulus-tanggapan karena didasarkan pada pemikiran bahwa tanggapan yang nyata terhadap stimulus-tanggapan eksternal tertentu memberi pertanda bahwa pembelajaran telah terjadi.

      1.       Pengkondisian Klasik
Ivan Pavlov, Psikolog Rusia, adalah yang pertama menggambarkan pengkondisian dan mengemukakannya sebagai model umum mengenai cara terjadinya pembelajaran menurut teori Pavlov, pembelajaran yang dikondisikan terjadi jika stimulus tertentu yang dipasangkan dengan stimulus lain mendatangkan tanggapan yang dikenal menimbulkan tanggapan yang sama jika digunakan sendiri saja.
      2.       Pembelajaran Asosiasi Kognitif
Teori pengkondisian yang terakhir memandang pengkondisian klasik sebagai pembelajaran asosiasi di antara berbagai peristiwa yang memungkinkan organisme untuk mengantisipasi dan “mewakili” lingkungannya, pengkondisian klasik dipandang sebagai pembelajaran asosiasi kognitif.  Bukan perolehan reflex baru, tetapi merupakan perolehan pengetahuan baru mengenai dunia.

 Aplikasi Strategis Pengkondisian Klasik
Tiga konsep pokok yang berasal dari pengkondisian klasik adalah :
a.       Pengulangan
b.      Generalisasi Stimulus
1)Perluasan lini, bentuk, dan golongan produk
2)Pemakaian merek gabungan (family branding)
3)Pemberian lisensi (licensing)
4)Menggeneralisasikan situasi pemakaian.
c.    Diskriminasi Stimulus
1)Pengaturan posisi
2)Diferensiasi produk
      
      3.       Pengkondisian Instrumental
Para pakar teori pembelajaran instrumental percaya bahwa pembelajaran terjadi melalui proses mencoba (trial and error), dimana kebiasaan dibentuk sebagai hasil ganjaran yang diterima untuk tanggapan dan perilaku tertentu.  Nama yang sangat erat hubungannya dengan pengkondisian instrumental (Operant) diberikan oleh psikolog Amerika, B.F. Skinner, kebanyakan pembelajaran individu terjadi pada lingkungan yang dapat dikendalikan di mana para individu “memperoleh ganjaran” jika berhasil memilih perilaku yang tepat.

Aplikasi Strategi Pengkondisian Instrumental
Para pemasar secara efektif menggunakan berbagai konsep pembelajaran instrumental konsumen ketika mereka memberikan penguatan positif dengan menjamin kepuasan konsumen terhadap produk, jasa, dan keseluruhan pengalaman membeli.
ð  Kepuasaan (penguatan) pelanggan
ð  Urutan penguatan
ð  Pembelajaran terkumpul versus pembelajaran terdistribusi

      4.       Teori Pembelajaran Kognitif
Pembelajaran berdasarkan pada kegiatan mental disebut pembelajarab kognitif.  Teori pembelajaran  kognitif menganggap bahwa pembelajaran menjadi ciri khas manusia adalah pemecahan masalah, yang memungkinkan para individu dapat mengendalikan lingkungan mereka.  Tidak seperti teori pembelajaran perilaku, teori ini menganggap bahwa pembelajaran menyangkut pengolahan mental yang kompleks terhadap informasi.
      5.       Teori Keterlibatan
Teori keterlibatan berkembang dari aliran riset yang disebut hemispheral lateralization atau teori belah otak.  Dasar pemikiran belah otak adalah bahwa hemisfer otak sebelah kanan dan kiri “mengkhususkan diri” pada macam informasi yang mereka olah.
a.       Teori Keterlibatan dan Strategi Media
b.      Teori Keterlibata dan Relevansinyka bagi Konsumen
c.       Rute Tengah dan Samping untuk Melakukan Persuasi
d.      Model Kemungkinan Pembahasan
e.      Ukuran Keterlibatan
      6.       Teori Pembelajaran Iconic Rite (Menghapal Icon)
Teori mengatakan bahwa pembelajaran dapat terjadi tanpa conditioning.
      7.       Teori Pembelajaran Vicarious
Teori mengatakan bahwa orang belajar tanpa harus menerima ganjaran ataupun hukuman, seperi yang diyakini oleh pengikut teori instrumental conditioning.  Bila seseorang melihat atau mengetahui bahwa orang lain mengalami kepuasan dalam menggunakan suatu produk, karena seolah-olah ia mengalami sendiri.

Loyalitas pada Merek

Menurut Kindra, dkk (1994) ada hubungan yang erat antara pembelajaran dan loyalitas pada merek karena loyalitas pada merek melibatkan pertimbangan-pertimbangan kognitif dan evaluative yang juga merupakan salah satu fungsi pengambilan keputusan pembelian.

Loyalitas merek adalah :
      1.       Respons perilaku ( yaitu perilaku membeli )
      2.       Bias (tidak random)
      3.       Di ekspresikan dalam jangka waktu tertentu
      4.       Unit pengambil keputusan
      5.       Satu atau  lebih alternatif-alternatif merek yang dipilih dari seperangkar merek
      6.       Fungsi dari proses psikologis.

Sumber :

Bab 6 Persepsi Konsumen

PERSEPSI KONSUMEN

Salah satu cara untuk mengetahui perilaku konsumen adalah dengan menganalisis persepsinya terhadap produk.  Dengan persepsi konsumen, perusahaan dapat mengetahui hal-hal apa saja yang menjadi kekuatan atau kelemahan, kesempatan ataupun ancaman bagi produk yang dipasarkan.  Hal ini karena persepsi konsumen merupakan salah satu faktor internal konsumen yang mempengaruhinya mengambil keputusan (Foedjiwati, Hatane Semuel. 2007 :6).  Persepsi timbul karena adanya stimulus (rangsangan) dari luar yang akan mempengaruhi seseorang melalui kelima alat inderanya.  Stimulus tersebut akan diseleksi, diorganisir, dan diinterprestasikan oleh setiap orang dengan caranya masing-masing.  Ada dua faktor utama dalam persepsi, yaitu :
      
      1.       Faktor Stimulus, merupakan sifat fisik suatu objek seperti ukuran, warna, berat, rasa, dan lain sebagainya.
      2.       Faktor Individual, merupakan sifat-sifat individu yang tidak hanya meliputi proses sensorik, tetapi juga pengalaman diwaktu lampau pada hal yang sama.

Persepsi dapat dirumuskan sebagai suatu proses penerimaan, pemilihan, pengorganisasian, serta pemberi arti terhadap rangsangan yang diterima (Pareek, 1983; Milton, 1981 dalam Desy Arisandy. 2004 : 4).  Namun demikian pada proses tersebut tidak hanya sampai pada pemberian arti saja tetapi akan mempengaruhi pada perilaku yang akan dipilihnya sesuai dengan rangsang yang diterima dari lingkungannya.  Proses persepsi melaui tahapan-tahapan sebagai berikut (Desy Arisandy. 2004 : 7) :

      a.       Penerimaan rangsang, pada proses ini individu menerima rangsangan dari berbagai sumber.  Seseorang lebih senang memperhatikan salah satu sumber dibandingkan dengan sumber lainnya, apabila sumber tersebut mempunyai kedudukan yang lebih dekat atau lebih menarik baginya.
      b.      Proses menyeleksi rangsang.
      c.       Setelah rangsang diterima kemudian diseleksi disini akan terlibat proses perhatian.  Stimulus itu diseleksi untuk kemudian diproses lebih lanjut.
      d.      Proses pengorganisasian.
      e.      Rangsang yang diterima selanjutnya diorganisasikan dalam suatu bentuk .
      f.        Proses penafsiran.



Setelah rangsangan atau data diterima dan diatur, si penerima kemudian menafsirkan data itu dengan berbagai cara.  Setelah data tersebut dipersepsikan maka telah dapat dikatakan sudah terjadi persepsi.  Karena persepsi pada pokoknya memberikan arti kepada berbagai informasi yang diterima.

      1.       Proses Pengecekan – Setelah data ditafsir si penerima mengambil beberapa tindakan untuk mengecek apakah yang dilakukan benar atau salah.  Penafsiran ini dapat dilakukan dari waktu ke waktu untuk menegaskan apakah penafsiran atau persepsi dibenarkan atau sesuai dengan hasil proses selanjutnya.
      2.       Proses Reaksi – Lingkungan persepsi itu belum sempurna menimbulkan tindakan-tindakan itu biasanya tersembunyi atau terbuka.

Dalam kenyataanya, terhadap objek sama, individu dimungkginkan memiliki persepsi yang berbeda.  Oleh karena itu, Milton (dalam Kertawan, 2002: 110) mengemukakan adanya beberapa faktor yang berpengaruh dalam persepsi.  Faktor tersebut meliputi objek yang dipersepsi, situasi, individu yang mempersepsi (perceiver), persepsi diri, dan pengamatan terhadap orang lain.

Selanjutnya, Pareek (dalam Kertawan, 2002: 112) mengemukakan ada empat faktor utama yang menyebabkan terjadinya perbedaan persepsi.
      
      1.       Perhatian – Terjadinya persepsi pertama kali diawali oleh adanya perhatian.  Tidak semua stimulus yang ada di sekitar kita dapat kita tangkap semuanya secara bersamaan.  Perhatian kita hanya tertuju pada satu atau dua objek yang menarik bagi kita.
      2.       Kebutuhan – Setiap orang mempunyai kebutuhan yang harus dipenuhi, baik itu kebutuhan menetap maupun kebutuhan yang sesaat.
      3.       Kesediaan – Adalah harapan seseorang terhadap suatu stimulus yang muncul, agar memberikan reaksi terhadap stimulus yang diterima lebih efisien sehingga akan lebih baik apabila orang tersebut telah siap terlebih dahulu.
      4.       Sistem Nilai – Sistem nilai yang berlaku dalam diri seseorang atau masyarakat akan berpengaruh terhadap persepsi seseorang.
Persepsi dalam arti sempit ialah pengelihatan, bagaimana cara seseorang melihat sesuatu, sedangkan dalam arti luas ialah pandangan atau pengertian, yaitu bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu (Sobur, 2005: 445).

Aplikasi Persepsi dalam Strategi Pemasaran
Konsumen cenderung untuk membentuk citra terhadap merek toko dan perusahaan didasarkan pada inferensi mereka yang diperolah dari stimuli pemasaran dan lingkungan.

Citra adalah total persepsi terhadap suatu objek, yang dibentuk dengan memproses informasi dari berbagai sumber setiap waktu.

Jadi pemasar harus secara konstan mencoba mempengaruhi citra konsumen.  Citra tersebut terdiri dari :

 è Citra Merek
 è Citra Toko
 è Citra Perusahaan

Sumber  :