Copyright © CORETAN PENA
Design by Dzignine
3 Januari 2014

Bab 12 Pengaruh Budaya Dalam Perilaku Konsumen

PENGARUH BUDAYA DALAM PERILAKU KONSUMEN

Budaya mengacu pada seperangkat nilai, gagasan, artefak, dan symbol yang mempunyai makna yang membantu individu berkomunikasi, memberikan tafsiran serta melakukan evaluasi.  Budaya tidak hanya bersifat naluriah saja, namun budaya memberikan dampak pada perilaku yang dapat diterima didalam masyarakat.

Kebudayaan adalah faktor penentu keinginan dan perilaku seseorang, terutama dalam perilaku pengambilan keputusan dan perilaku pembelian.  Dalam  perkembangan sejarah budaya konsumsi maka masyarakat konsumsi lahir pertama kali di Inggris pada abad 18 saat terjadinya teknologi produksi secara massal.  Teknologi yang disebabkan oleh berkembangnya revolusi industri memungkinkan perusahaan-perusahaan memproduksi barang terstandarisasi dalam jumlah besar dengan harga yang relative murah.

Pada saat yang bersamaan muncul revolusi kebudayaan di mana masyarakat secara bertahap berubah dari masyarakat agraris menjadi masyarakat yang kekotaan, karena dengan berpindahnya ke perkotaan maka budaya mereka berubah sehingga berkembanglah tata nilai baru dan pola kehidupan yang baru akibat pekerjaan yang berbeda.  Gambaran lahirnya masyarakat konsumsi tersebut diatas, menunjukkan pentingnya budaya dalam memahami perilaku konsumen.  Aspek-aspek budaya yang penting dapat diidentifikasi sehingga dapat digunakan sebagai dasar untuk memahami bagaimana hal tersebut dapat mempengaruhi konsumen dan tentunya dapat digunakan dalam mengembangkan strategi pemasaran yang lebih efektif.

MITOS DAN RITUAL KEBUDAYAAN
Setiap masyarakat memiliki serangkaian mitos yang mendefinisikan budayanya.  Mitos adalah cerita yang berisi elemen simbolis yang mengekspresikan emosi dan cita-cita budaya.  Misalnya mitos mengenai binatang yang mempunyai kekuataan (Raja Singa) atau binatang yang cepat larinya (Kelinci) yang dimaksudkan sebagai jembatan antara kemanusiaan dan alam semesta.  Ada mitos pewayangan yang diangkat dalam membuat strategi penentuan merek suatu produk, seperti tokoh Bima dalam produk Jamu Kuat “KUKU BIMA ENERGI”.  Sehingga pemasar dituntut kreatif menggali mitos agar bisa digunakan sebagai sarana menyusun strategi pemasaran tertentu.

Ritual kebudayaan merupakan kegiatan-kegiatan rutin yang dilakukan oleh kelompok masyarakat.  Ritual budaya sebagai urutan-urutan tindakan yang terstandarisasi yang secara periodik diulang, memberikan arti dan meliputi penggunaan symbol-simbol budaya (Mowen, 1995).

Ritual budaya bukan sekedar kebiasaan yang dilakukan seseorang, tetapi hal ini dilakukan dengan serius dan formal yang memerlukan intensitas mendalam dari seseorang.  Kebiasaan sering tidak serius, kadang tidak pasti dan berubah saat ada stimulus berbeda yang lebih menarik.  Seringkali ritual budaya memerlukan benda-benda yang digunakan untuk proses ritual, dan inilah yang bisa dibuat oleh pengusaha menjadi peluang, seperti acara ulang tahun yang biasanya ada lilin, kue, balon, dekorasi ruang, dan sebagainya.

Symbol kebudayaan juga merupakan representasi tertentu dari budaya, secara umum apa yang dipakai dan dikonsumsi oelh seseorang akan mencerminkan budayanya.  Perusahaan dapat menggunakan nilai-nilai simbolis untuk merek produknya, misalnya perusahaan otomotif Mitsubishi memberi nama merek pada salah satu produk ciptaannya yaitu KUDA.  Symbol juga dapat ditunjukkan dengan warna seperti warna hitam mempunyai arti formal.  Sehingga pemasar menggunakan warna sebagai dasar untuk menciptakan produk yang berkaitan dengan kebutuhan simbolis.

BUDAYA DAN KONSUMSI
Produk mempunyai fungsi, bentuk, dan arti.  Ketika konsumen membeli suatu produk mereka berharap produk tersebut menjalankan fungsi sesuai harapannya dan konsumen terus membelinya hanya bila harapan mereka dapat dipenuhi dengan baik.  Namun, bukan hanya fungsi yang menentukkan keberhasilan produk.  Produk juga harus memenuhi harapan tentang norma, misalnya persyaratan nutrisi dalam makanan.

Budaya merupakan sesuatu yang perlu dipelajari, karena konsumen tidak dilahirkan spontan mengenai nilai atau norma kehidupan sosial mereka, tetapi mereka harus belajar tentang apa yang diterima dari keluarga dan teman-temannya.  Namun dengan kemajuan zaman yang sekarang ini banyak produk diarahkan pada kepraktisan, misal anak-anak sekarang lebih suka makanan siap saji seperti Chicken, nugget, sossis, dan lain-lain karena kemudahan, terutama bagi wanita yang bekerja dan tidak memiliki waktu banyak untuk mengolah makanan.

Kebudayaan juga mengimplikasikan sebuah cara hidup yang dipelajari dan diwariskan, misalnya anak yang dibesarkan dalam nilai budaya di Indonesia harus hormat pada orang yang lebih tua, makan sambil duduk, dsb.  Budaya berkembang karena kita hidup bersama orang lain di masyarakat.  Hidup dengan orang lain menimbulkan kebutuhan untuk menentukan perilaku apa saja yang dapat diterima semua anggota kelompok.
Budaya pada gilirannya akan mempengaruhi pengembangan dalam implikasi pemasaran seperti perencanaan produk, promosi, distribusi, dan penetapan harga.  Untuk mengembangkan strategi yang efektif pemasar perlu mengidentifikasi aspek-aspek penting kebudayaan dan memahami bagaimana mereka mempengaruhi konsumen.  Sebagaimana strategi dalam penciptaan ragam produk, segmentasi pasar, dan promosi yang dapat disesuaikan dengan budaya masyarakat.

Beberapa perubahan pemasaran yang dapat mempengaruhi kebudayaan, seperti :
      1.       Tekanan pada kualitas
      2.       Peranan wanita yang berubah
      3.       Perubahan kehidupan keluarga
      4.       Sikap yang berubah terhadap kerja dan kesenangan
      5.       Waktu senggang yang meningkat
      6.       Pembeliaan secara implusif
      7.       Hasrat akan kenyamanan

TINJAUAN SUB-BUDAYA
Dalam tinjauan sub-budaya terdapat beberapa konteks penilaian seperti :
      
      1.       Afeksi dan Kognisi
Penilaian afeksi dan kognisi merupakan penilaian terhadap suka atau tidak suka, perasaan emosional yang tindakannya cenderung kearah berbagai objek atau ide serta kesiapan seseorang melakukan tindakan atau aktivitas.

      2.       Perilaku
Perilaku merupakan suatu bentuk kepribadian yang dapat diartikan bentuk sifat-sifat yang ada pada diri individu, yang ditentukan oleh faktor internal (motif, IQ, emosi, dan cara berpikir) dan faktor eksternal (lingkungan fisik, keluarga, masyarakat, sekolah, dan lingkungan alam).

      3.       Faktor Lingkungan
Prinsip teori Gestalt ialah bahwa keseluruhan lebih berarti daripada sebagai-bagian.  Sedangkan teori lapangan dari Kurt Lewin berpendapat tentang pentingnya penggunaan dan pemanfaatan lingkungan.  Berdasarkan teori Gestalt dan lapangan bahwa faktor lingkungan merupakan kekuatan yang sangat berpengaruh pada perilaku konsumen.

SUB-BUDAYA DAN DEMOGRAFIS
Berdasarkan analisa dari bagian-bagian sub-budaya, menunjukkan bahwa sebenarnya ada variabel yang terbentuk dari sub-budaya demografis yang menjelaskan karakteristik suatu populasi dan dikelompokkan ke dalam karakteristik yang sama.  Variabel yang termasuk ke dalam demografis, adalah :
      a.       Sub Etnis Budaya
      b.      Sub Budaya Agama
      c.       Sub Budaya Geografis dan Regional
      d.      Sub Budaya Usia
      e.      Sub Budaya Jenis Kelamin

LINTAS BUDAYA (CROSS CULTURAL CONSUMER BEHAVIOR)
Secara umum kebudayaan harus memiliki tiga karakteristik, seperti :
      1.       Kebudayaan dipelajari, merupakan kebudayaan yang dimiliki setiap orang diperoleh melalui keanggotaan mereka di dalam suatu kelompok yang menurunkan kebudayaannya dari suatu generasi ke generasi berikutnya.
      2.       Kebudayaan bersifat kait-mengkait, merupakan setiap unsur dalam kebudayaan sangat berkaitan erat satu sama lain, misalnya unsur agama berkaitan erat dengan unsur perkawinan, unsur bisnis berkaitan erat dengan unsur status sosial.
      3.       Kebudayaan dibagikan, merupakan prinsip-prinsip serta kebudayaan menyebar kepada setiap anggota yang lain dalam suat kelompok.

      STRATEGI PEMASARAN LINTAS BUDAYA


Kontrovesi berlanjut masih terjadi mengenai sejauh mana strategi pemasaran lintas budaya, khususnya mengenai periklanan, harus dibuat baku (standardized).  Strategi yang baku, kalau bisa, akan menghemat biaya.

Sumber :

0 comments:

Posting Komentar