Copyright © CORETAN PENA
Design by Dzignine
2 November 2014

BAB 9 Pengaruh Kebudayaan Terhadap Pembelian dan Konsumsi

PENGARUH KEBUDAYAAN TERHADAP PEMBELIAN DAN KONSUMSI

Kebudayaan
Kebudayaan adalah faktor penentu keinginan dan perilaku seseorang, terutama dalam perilaku pengambilan keputusan dan perilaku pembelian.  Dalam  perkembangan sejarah budaya konsumsi maka masyarakat konsumsi lahir pertama kali di Inggris pada abad 18 saat terjadinya teknologi produksi secara massal.  Teknologi yang disebabkan oleh berkembangnya revolusi industri memungkinkan perusahaan-perusahaan memproduksi barang terstandarisasi dalam jumlah besar dengan harga yang relative murah.
Pada saat yang bersamaan muncul revolusi kebudayaan di mana masyarakat secara bertahap berubah dari masyarakat agraris menjadi masyarakat yang kekotaan, karena dengan berpindahnya ke perkotaan maka budaya mereka berubah sehingga berkembanglah tata nilai baru dan pola kehidupan yang baru akibat pekerjaan yang berbeda.  Gambaran lahirnya masyarakat konsumsi tersebut diatas, menunjukkan pentingnya budaya dalam memahami perilaku konsumen.  Aspek-aspek budaya yang penting dapat diidentifikasi sehingga dapat digunakan sebagai dasar untuk memahami bagaimana hal tersebut dapat mempengaruhi konsumen dan tentunya dapat digunakan dalam mengembangkan strategi pemasaran yang lebih efektif.
Menurut Edward Burnett Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang didalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat.  Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang ke semuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.

Menemukan Nilai-Nilai Budaya yang Dianut Masyarakat
Nilai sosial adalah nilai yang dianut oleh suatu masyarakat mengenai apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk oleh masyarakat.  Untuk menentukkan sesuatu itu dikatakan baik atau buruk, pantas atau tidak pantas harus melalui proses menimbang.  Hal ini tentu sangat dipengaruhi oleh kebudayaan yang dianut masyarakat.  Tak heran apabila antara masyarakat yang satu dan masyarakat yang lain terdapat perbedaan tata nilai.
Ciri-ciri pembentukan nilai-nilai sosial yang di anut :
a.      Merupakan konstruksi masyarakat sebagai hasil interaksi antar warga masyarakat.
b.      Disebarkan di antara warga masyarakat (bukan bawaan lahir).
c.       Terbentuk melalui sosialisasi (proses belajar).
d.      Merupakan bagian dari usaha pemenuhan kebutuhan dan kepuasan sosial manusia.
e.      Bervariasi antara kebudayaan yang satu dengan kebudayaan yang lain.
f.        Dapat mempengaruhi pengembangan diri sosial.
g.      Memiliki pengaruh yang berbeda antar masyarakat.
h.      Cenderung berkaitan satu sama lain.
Individu tidak lahir dengan membawa nilai-nilai (values).  Nilai-nilai ini diperoleh dan berkembang melalui informasi, lingkungan keluarga, serta budaya sepanjang perjalanan hidupnya.  Mereka belajar dari keseharian dan menentukan tentang nilai-nilai mana yang benar dan mana yang salah.  Untuk memahami perbedaan nilai-nilai kehidupan ini sangat tergantung pada situasi dan kondisi dimana mereka tumbuh dan berkembang.  Nilai-nilai tersebut diambil dengan berbagai cara antara lain :
1.  Model atau Contoh, dimana individu belajar tentang nilai-nilai yang baik atau buruk melalui observasi perilaku keluarga, sahabat, teman sejawat dan masyarakat lingkungannya dimana dia bergaul.
2.      Moralitas, diperoleh dari keluarga, ajaran agama, sekolah, dan institusi tempatnya bekerja dan memberikan ruang dan waktu atau kesempatan kepada individu untuk mempertimbangkan nilai-nilai yang berbeda.
3.  Sesuka Hati, adalah proses dimana adaptasi nilai-nilai ini kurang terarah dan sangat tergantung kepada nilai-nilai yang ada di dalam diri seseorang dan memilih serta mengembangkan sistem nilai-nilai tersebut menurut kemauan sendiri.  Hal ini lebih sering disebabkan karena kurangnya pendekatan, atau tidak adanya bimbingan atau pembinaan sehingga dapat menimbulkan kebingungan dan konflik internal bagi individu tersebut.
4.    Penghargaan dan Sanksi, perlakuaan yang biasa diterima seperti mendapatkan penghargaan bila menunjukkan perilaku yang baik, dan sebaliknya akan mendapat sanksi atau hukuman bila menunjukkan perilaku yang tidak baik.
5.  Tanggung Jawab Untuk Memilih, adanya dorongan internal untuk menggali nilai-nilai tertentu dan mempertimbangkan konsekuensinya untuk diadaptasi.  Disamping itu, adanya dukungan dan bimbingan dari seseorang yang akan menyempurnakan perkembangan sistem nilai dirinya sendiri.

Pengaruh Kebudayaan Terhadap Perilaku Konsumen
a.      Model Perilaku Konsumen
Konsumen mengambil banyak macam keputusan membeli setiap hari.  Kebanyakan perusahaan besar meneliti keputusan membeli konsumen secara amat rinci untuk menjawab pertanyaan mengenai apa yang dibeli konsumen, dimana mereka membeli, bagaimana dan berapa banyak mereka membeli, serta mengapa mereka membeli.
b.      Faktor Budaya
Faktor budaya memberikan pengaruh paling luas dan dalam pada perilaku konsumen.  Pemasar harus mengetahui peranan yang dimainkan oleh budaya, subbudaya, dan kelas sosial pembeli.  Budaya adalah penyebab paling mendasar dari keinginan dan perilaku seseorang.  Budaya merupakan kumpulan nilai-nilai dasar, persepsi, keinginan dan perilaku yang dipelajari oleh seorang anggota masyarakat dari keluarga dan lembaga penting lainnya.  Setiap kebudayaan terdiri dari subbudaya-subbudaya yang lebih kecil yang memberikan identifikasi dan sosialisasi yang lebih spesifik untuk para anggotanya.  Banyak subbudaya membentuk segmen pasar penting dan pemasar seringkali merancang prosuk dan program pemasaran yang disesuaikan dengan kebutuhan konsumen.
Kelas-kelas sosial adalah masyarakat yang relative permanen dan bertahan lama dalam suatu masyarakat yang tersusun secara hierarki dan keanggotaannya mempunyai nilai, minat dan perilaku yang serupa.  Kelas sosial bukan ditentukan oleh satu faktor tunggal, seperti pendapatan, tetapi diukur dari kombinasi pendapatan, pekerjaan, pendidikan , kekayaan dan variabel lain.
c.       Pengaruh Budaya yang Tidak Disadari
Dengan adanya kebudayaan, perilaku konsumen mengalami perubahan.  Dengan memahami beberapa bentuk budaya dari masyarakat, dapat membantu pemasar dalam memprediksi penerimaan konsumen terhadap suatu produk.  Pengaruh budaya dapat mempengaruhi masyarakat secara tidak sadar.  Pengaruh budaya sangat alami dan otomatis sehingga pengaruhnya terhadap perilaku sering diterima begitu saja.
d.      Pengaruh Budaya dapat Memuaskan Kebutuhan
Budaya yang ada dimasyarakat dapat memuaskan kebutuhan masyarakat.  Budaya dalam suatu produk yang memberikan pertunjuk dan pedoman dalam menyelesaikan masalah dengan menyediakan metode “Coba dan Buktikan” dalam memuaskan kebutuhan fisiologis, personal dan sosial.
e.      Pengaruh Budaya dapat Dipelajari
Budaya dapat dipelajari sejak seseorang sewaktu masih kecil, yang memungkinkan seseorang mulai mendapat nilai-nilai kepercayaan dan kebiasaan dari lingkungan yang kemudian membentuk budaya seseorang.  Berbagai macam cara budaya dapat dipelajari.  Misalnya dalam dunia industry, perusahaan periklanan cenderung memilih cara pembelajaran secara informal dengan memberikan model untuk ditiru masyarakat.  Seperti biasanya iklan sebuah produk akan berupaya mengulang kembali akan iklan suatu produk yang dapat menjadi keuntungan dan kelebihan dari produk itu sendiri.  Iklan itu tidak hanya amampu mempengaruhi persepsi sesaat konsumen mengenai keuntungan dari suatu produk, namun juga dapat mempengaruhi persepsi generasi mendatang mengenai keuntungan yang akan didapat dari suatu kategori produk tertentu.
f.        Pengeruh Budaya yang Berupa Tradisi
Tradisi adalah aktivitas yang bersifat simbolis yang merupakan serangkaian langkah-langkah (berbagai perilaku) yang muncul dalam rangkaian yang pasti dan terjadi berulang-ulang.  Tradisi yang disampaikan selama kehidupan manusia, dari lahir hingga mati.  Hal ini bisa jadi sangat bersifat umum.  Hal yang penting dari tradisi ini untuk para pemasar adalah fakta bahwa tradisi cenderung masih berpengaruh terhadap masyarakat yang menganutnya.

Struktur Konsumsi
            Secara matematis struktur konsumsi yaitu menjelaskan bagaimana harga beragam sebagai hasil dari keseimbangan antara ketersediaan produk pada tiap harga (penawaran) dengan kebijakan distribusi dan keinginan dari mereka dengan kekuatan pembelian pada tiap harga (permintaan).  Grafik ini memperlihatkan sebuah pergeseran ke kanan dalam permintaan dari D1 ke D2 bersama dengan peningkatan harga dan jumlah yang diperlukan untuk mencapai sebuah titik keseimbangan (equilibrium) dalam kurva penawaran (S).

Dampak Nilai-Nilai Inti Terhadap Pemasar
1.      Kebutuhan
Konsep dasar yang melandasi pemasaran adalah kebutuhan manusia.  Kebutuhan manusia adalah pernyataan dari rasa kehilangan dan manusia mempunyai banyak kebutuhan yang kompleks.  Kebutuhan manusia yang kompleks tersebut karena bukan hanya fisik (makanan, pakaian, perumahan, dan lain-lain), tetapi juga rasa aman, aktualisasi diri, sosialisasi, penghargaan, kepemilikan.  Semua kebutuhan berasal dari masyarakat konsumen, bila tidak puas konsumen akan mencari produk atau jasa yang dapat memuaskan kebutuhan tersebut.
2.      Keinginan
Bentuk kebutuhan manusia yang dihasilkan oleh budaya dan kepribadian individual dinamakan keinginan.  Keinginan digambarkan dalam bentuk objek yang akan memuaskan kebutuhan mereka atau keinginan adalah hasrat akan penawar kebutuhan yang spesifik.  Masyarakat yang semakin berkembang, dibutuhkan perusahaan yang bisa memuaskan keinginan sekaligus memenuhi kebutuhan manusia dengan menebus keterbatasan tersebut, paling tidak meminimalisasikan keterbatasan sumber daya.
3.      Permintaan
Dengan keinginan dan kebutuhan serta keterbatasan sumber daya tersebut, akhirnya manusia menciptakan permintaan akan produk atau jasa dengan manfaat yang paling memuaskan.  Sehingga muncullah istilah permintaan, yaitu keinginan manusia akan produk spesifik yang didukung oleh kemampuan dan ketersediaan untuk membelinya.

Perubahan Nilai
Budaya juga perlu mengalami perubahan nilai.  Ada beberapa aspek dari perlunya perluasan perubahan budaya yaitu :
a.   Budaya merupakan konsep yang meliputi banyak hal atau luas.  Hal tersebut termasuk segala sesuatu dari proses pemikiran individu dan perilakunya.  Ketika budaya tidak menentukan sifat dasar dari frekuensi pada dorongan biologis seperti lapar, hal tersebut berpengaruh jika waktu dan cara dari dorongan ini akan memberi kepuasan.
b.   Budaya adalah hal yang diperoleh.  Namun tidak memaksudkan mewarisi respond an kecenderungan.  Bagaimanapun juga, bermula dari perilaku manusia tersebut.
c.  Kerumitan dari masyarakat modern yang merupakan kebenaran budaya yang jarang memberikan ketentuan yang terperinci atas perilaku yang tepat.
  
Variasi Nilai Perubahan Dalam Nilai Budaya Terhadap Pembelian dan Konsumsi
Nilai budaya memberikan dampak yang lebih pada perilaku konsumen dimana dalam hal ini dimaksudkan ke dalam kategori-kategori umum yaitu berupa orientasi nilia-nilai lainnya yaitu merefleksikan gambaran masyarakat dari hubungan yang tepat antara individu dan kelompok dalam masyarakat.  Hubungan ini mempunyai pengaruh yang utama dalam praktek pemasaran.  Sebagai contoh, jika masyarakat menilai aktifitas kolektif, konsumen akan melihat kearah lain pada pedoman dalam keputusan pembelanjaan dan tidak akan merespon keuntungan pada seruan promosi untuk “menjadi seorang individual”.  Begitu juga pada budaya yang individualistic.  Sifat dasar dari nilai yang terkait ini termasuk individual/kolektif, kaum muda/tua, meluas/batas keluarga, maskulin/feminine, persaingan/kerjasama, dan perbedaan/keseragaman.
1.      Individual/Kolektif
Budaya individualis biasanya terdapat pada budaya orang barat seperti Amerika, Inggris, Kanada, dan sebagainya.  Sedangkan budaya kolektifitas terdapat pada budaya orang timur yang memang sudah berada dalam orientasi mereka.  Nilai ini adalah faktor kunci yang membedakan budaya dan konsep diri yang berpengaruh besar pada individu.  Tidak mengherankan, konsumen dari budaya yang memiliki perbedaan nilai, berbeda pula reaksi mereka pada produ asing, iklan, dan sumber yang lebih disukai dari suatu informasi.
2.      Usia Muda/Tua
Dalam hal ini apakah dalam budaya pada suatu keluarga, anak-anak sebagai kaum muda lebih berperan dibandingkan dengan orang dewasa dalam pembelian.  Dengan kata lain adalah melihat faktor budaya yang lebih bijaksana dalam melihat sisi dari peran usia.  Selain itu, penting untuk diingat bahwa segmen tradisional dan nilai masih berpengaruh dan para pemasar harus menyesuaiakan bukan hanya pada lintas budaya melainkan juga pada budaya didalamnya.
3.      Luas/Batasan Keluarga
Maksudnya adlaah bagaimana keluarga dalam suatu budaya membuat suatu keputusan penting bagi anggota keluarganya.  Dengan kata lain apakah peran orang dewasa (orang tua) memiliki kebijakan yang lebih dalam memutuskan apa yang terbaik bagi anaknya.  Atau malah sebaliknya anak-anak memberi keputusan sendiri apa yang terbaik bagi diri mereka sendiri.  Dan bisa dikatakan juga bahwa pengaruh pembelian oleh orang akan berpengaruh untuk seterusnya pada anak.

Sumber            :


0 comments:

Posting Komentar