SIKAP, MOTIVASI, DAN KONSEP DIRI
Sikap
Sikap mulai menjadi fokus pembahasan
dalam ilmu sosial semenjak awal abad 20.
Secara bahasa, Oxford Advanced Leaner Dictionary (Hornby, 1974)
mencantumkan bahwa sikap (attitude), berasal dari bahasa Italia attitudine yaitu “Manner of Placing or Holding the Body, and Way of Feeling, Thinking or
Behaving”. Sikap adalah predisposisi
atau kecenderungan yang dipelajari dari seorang individu untuk merespon secara
positif atau negative dengan intensitas yang moderat dan atau memadai terhadap
objek, situasi, konsep, atau orang lain.
Predisposisi atau tendensi ini diperoleh individu dari proses belajar,
sedangkan objek sikap dapat berupa benda, situasi, dan orang.
Kepercayaan konsumen terhadap suatu
produk bahwa produk tersebut memiliki
atribut adalah akibat dari pengetahuan konsumen. Menurut Mowen dan Minor, kepercayaan konsumen
adalah pengetahuan konsumen mengenai suatu objek, atributnya, manfaatnya. Pengetahuan tersebut berguna dalam
mengkomunikasikan suatu produk dan atributnya kepada konsumen. Sikap menggambarkan kepercayaan konsumen
terhadap berbagai atribut tersebut.
Berikut adelah beberapa karakteristik sikap antara lain :
1. Sikap Positif, Negatif, dan Netral.
2. Keyakinan Sikap.
3. Sikap Memiliki Objek.
4. Konsistensi Sikap.
5. Resistensi Sikap.
Komponen Sikap
Komponen sikap secara bersama-sama
membentuk sikap yang utuh (total
attitude) yaitu :
a. Kognitif (Cognitive), berisi kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku
atau apa yang benar bagi objek sikap.
Sekali kepercayaan itu telah terbentuk maka ia akan menjadi dasar
seseorang mengenai apa yang dapat diharapkan dari objel tertentu.
b. Afektif (Affective), menyangkut masalah emosional subyektif seseorang
terhadap suatu objek sikap. Secara umum
komponen ini disamakan dengan perasaan yang dimiliki objek tertentu.
c. Konatif (Conative), komponen konatif atau komponen perilaku dalam struktur
sikap menunjukkan bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku dengan yang
ada dalam diri seseorang berkaitan dengan objek sikap yang dihadapi
Sifat-Sifat Sikap
Sikap memiliki beberapa karakteristik
(Assael, 1984 dan Hawkins dkk, 1986), antara lain :
1. Arah, karakteristik arah menunjukkan
bahwa sikap dapat mengarah pada persetujuan atau tidaknya individu, mendukung
atau menolak terhadap objek sikap.
2. Intensitas, menunjukkan bahwa sikap
memiliki derajat kekuatan yang pada setiap individu bisa berbeda tingkatannya.
3. Keluasan, menunjukkan pada cakupan
luas mana kesiapan individu dalam merespon atau menyatakan sikapnya secara
spontan.
Pengukuran sikap yang paling popular
digunakan oleh para peneliti konsumen adalah model muti atribut yang terdiri
dari tiga model : The Attitude
Toward-Object Model, The Attitude Toward-Behavior Model, and The Theory of
Reasoned-Action Model. Model ini
menjelaskan bahwa sikap konsumen terhadap suatu objek sangat ditentukan oleh
sikap konsumen terhadap atribut-atribut yang dievaluasi. Model ini menekankan tingkat kepentingan yang
diberikan konsumen kepada suatu atribut sebuah produk. Model sikap lainnya yang juga sering
digunakan adalah model sikap angka ideal.
Model ini memberikan informasi mengenai sikap konsumen terhadap merek
suatu produk sekaligus memberikan informasi mengenai merek ideal yang dirasa
suatu produk. Perbedaannya dnegan model
atribut adalah terletak pada pengukuran sikap menurut konsumen.
Penggunaan Multiatribut Attitude Model untuk Memahami Sikap Konsumen
a. The Attitude Toward-Object Model
Digunakan khususnya menilai sikap konsumen terhadap satu
kategori produk atau merek spesifik. Hal
ini untuk menilai fungsi kehadiran dan evaluasi terhadap sesuatu. Pembentukkan sikap konsumen yang dimunculkan
karena telah merasakan sebuah objek. Hal
ini mempengaruhi pembentukan sikap selanjutnya.
b. The Attitude Toward-Behavior Model
Lebih digunakan untuk menilai tanggapan konsumen melalui
tingkah laku daripada sikap terhadap objek.
Pembentukan sikap konsumen ditunjukkan berupa tingkah laku konsumen yang
berupa pembeliaan ditempat itu.
c. The Theory of Reasoned-Action Model
Menurut teori ini pengukuran sikap yang tepat seharusnya didasarkan pada
tindakan pembelian atau penggunaan merek produk bukan pada merek itu
sendiri. Tindakan pembelian dan
mengkonsumsi produk pada akhirnya akan menentukan tingkat kepuasan.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembentukkan Sikap
Seseorang tidak dilahirkan dengan
sika dan pandannya, melainkan sikap tersebut terbentuk sepanjang
perkembangannya. Dimana dalam interaksi
sosialnya, individuk bereaksi membentuk pola sikap tertentu terhadap berbagai
objel psikologis yang dihadapinya (Azwar, 1995). Menurut Azwar faktor-faktor yang mempengaruhi
pembentukan sikap adalah :
1. Pengalaman Pribadi
2. Kebudayaan
3. Pengaruh Orang Lain yang Dianggap
Penting
4. Media Massa
5. Institusi atau Lembaga Pendidikan dan
Lembaga Agama
6. Faktor Emosi dalam Diri Individu.
Penerjemah Sikap Dalam Tindakan
Werner dan Pefleur (Azwar, 1995)
mengemukakan 3 postulat guna mengidentifikasikan tiga pandangan mengenai
hubungan sikap dan perilaku, yaitu :
a. Postulat Konsistensi
Postulat konsistensi mengatakan bahwa sikap verbal memberi
petunjuk yang cukup akurat untuk memprediksikan apa yang akan dilakukan
seseorang bila dihadapkan pada suatu objek sikap. Jadi postulat ini mengasumsikan adanya
hubungan langsung antara sikap dan perilaku.
b. Postulat Variasi Independen
Postulat ini mengatakan bahwa mengetahui sikap tidak berarti
dapat memprediksi perilaku karena sikap dan perilaku merupakan dua dimensi
dalam diri individu yang berdiri sendiri, terpisah dan berbeda.
c. Postulat Konsistensi Kontingensi
Postulat konsistensi kontingensi menyatakan bahwa hubungan sikap dan
perilaku sangat ditentukan oleh faktor-faktor situasional tertentu. Norma-norma, peranan, keanggotaan kelompok dan
lain sebagainya, merupakan kondisi ketergantungan yang dapat mengubah hubungan
sikap dan perilaku. Oleh Karena itu,
sejauh mana prediksi perilaku dapat disandarkan pada sikap akan berbeda dari
waktu ke waktu dan dari satu situasi ke situasi lainnya. Postulat yang terakhir ini lebih masuk akal
dalam menjelaskan hubungan sikap dan perilaku.
Dinamika Proses Motivasi
Proses motivasi :
1. Tujuan, Perusahaan harus bisa
menentukan terlebih dahulu tujuan yang ingin dicapai, baru kemudian konsumen di
motivasi ke arah itu.
2. Mengetahui Kepentingan, Perusahaan
harus bisa mengetahui keinginan konsumen tidak hanya dilihat dari kepentingan
perusahaan semata.
3. Komunikasi Efektif, Melakukan
komunikasi dengan baik terhadap konsumen agar konsumen dapat mengetahui apa
yang harus mereka lakukan dan apa yang bisa mereka dapatkan.
4. Integrasi Tujuan, Proses motivasi
perlu untuk menyatukan tujuan perusahaan dan tujuan kepentingan konsumen. Tujuan perusahaan adalah untuk mencari laba
serta perluasan pasar. Tujuan individu
konsumen adalah pemenuhan kebutuhan dan kepuasan. Kedua kepentingan di atas harus disatukan dan
untuk itu penting adanya penyesuaian motivasi.
5. Fasilitas, Perusahaan memberikan
fasilitas agar konsumen mudah mendapatkan barang dan jasa yang dihasilkan oleh
perusahaan.
Kegunaan dan Stabilitas Pola Motivasi
Pola motivasi didefinisikan sebagai
sikap yang mempengaruhi cara-cara orang memandang pekerjaan dan menjalani
kehidupan mereka (Keith dan Newstrom, 1990:6).
Menurut Keith dan Newstrom empat macam pola motivasi yang sangat penting
:
a. Motivasi Prestsi (Achievement Motivation)
Mendorong dalam diri orang-orang untuk mengatasi segala
tantangan dan hambatan dalam upaya mencapai tujuan.
b. Motivasi Afiliasi (Afiliation Motivation)
Dorongan untuk berhubungan dengan orang-orang atas dasar
sosial.
c. Motivasi Kompetensi (Competence Motivation)
Dorongan untuk mencapai keunggulan kerja, meningkatkan
keterampilan, mencegah masalah dan berusaha keras untuk inovatif.
d. Motivasi Kekuasaan (Power Motivation)
Dorongan untuk mempengaruhi orang-orang dan mengubah
situasi. Pengetahuan tentang pola
motivasi membantu para manajer memahami sikap kerja masing-masing karyawan,
mereka dapat mengelola perusahaan secara berkala sesuai dengan pola motivasi
yang paling menonjol.
Memahami Kebutuhan Konsumen
Kebutuhan konsumen dapat
diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Fisiologis, merupakan dasar-dasar kelangsungan
hidup, termasuk rasa lapar, haus, dan kebutuhan hidup lainnya.
2. Keamanaan, merupakan berkenaan dengan
kelangsungan hidup fisik dan keamanan.
3. Afiliasi dan Pemilikan, merupakan
kebutuhan untuk diterima oleh orang lain, menjadi orang penting bagi mereka.
4. Prestasi, merupakan keinginan dasar
akan keberhasilan dalam memenuhi tujuan pribadi.
5. Kekuasaan, merupakan keinginan untuk
mendapat kendali atas nasib sendiri dan juga nasib orang lain.
6. Ekspresi Diri, merupakan kebutuhan
mengembangkan kebebasan dalam ekspresi diri dipandang penting oleh orang lain.
7. Urutan dan Pengertian, merupakan
keinginan untuk mencapai aktualisasi diri melalui pengetahuan, pengertian,
sistematis dan pembangunan sistem lain.
8. Pencarian Variasi, merupakan
pemeliharaan tingkat kegairahan fisiologis dan stimulasi yang dipilih kerap
diekspresikan sebagai pencarian variasi.
9. Atribusi Sebab-Akibat, merupakan
estimasi atau atribusi sebab-akibat dari kejadian dan tindakan.
Sumber :
0 comments:
Posting Komentar